Sudah Bertahan Sejauh Ini, Apa Aku Harus Berhenti?
Entah sejak
kapan perasaan itu muncul lagi. Setelah kau lebih memilih wanita lain
didekatmu. Kau jalani bersamanya, mungkinkah kau tak bahagia lalu ingin
kembali kepadaku? Bodohnya aku memercayaimu lagi, memberikan lagi
kepadamu hatiku, dengan harapan kita bisa kembali berjalan bersama,
menjalani rencana yang disetujui oleh Sang Pemilik Semesta.
Perbincangan yang kemarin mulai ku lupakan, kini bangkit lagi seakan
akan membawa aku jauh kepada perasaan yang seharusnya sudah terlupa. Aku
menikmati setiap kalimat kerinduan yang kau bilang. Aku kembali "suka
senyum sendiri" dan terjerat lagi pada perasaan masa lalu.
Hari
berganti ternyata kasih ku semakin lekat kepadamu, aku tak tahu
bagaimana sebenarnya kamu. Aku bimbang, ingin sekali rasanya mengatakan
kepada kekasihmu ijinkan aku membahagiakannya (kembali). Namun ku
urungkan niatku, naluri sebagai perempuan ku menolak. Membayangkan
bagaimana jika aku diposisinya. Tapi aku tetap saja bertahan, aku tak
kan pergi, seperti pintamu malam itu.
Kau tak kunjung sendiri, masih saja bersamanya bahkan kau bercerita
banyak wanita lain yang menginginkan hal yang sama seperti ku. Walau
katamu, "aku udah cuekin mereka, tapi mereka masih saja". Ada sisi ingin
marah, tapi sisi lain dia bukanlah milik ku seutuhnya. Dia kekasih lama
yang hadir kembali dan ku percaya takkan menyakiti (lagi).
Sedari
awal harusnya sudah dipikirkan akibatnya. Pasti akan sesakit ini, jika
aku teruskan menunggu mu yang telah berdua. Aku yang membuat luka
dihatiku sendiri. Tak mengapa, jika penantianku berakhir pedih. Tak
mengapa jika nanti ku merana lagi. Tak mengapa jika memang harus aku
yang sakit lagi. Aku bisa bangkit lagi dan memulai dari awal lagi. Tetap
lah di situ, di tempat yang menurutmu nyaman. Tak usah pikirkan aku.
Aku bisa mengobatinya sendiri ketika terluka. Sama seperti waktu kau
tinggalkan aku, dulu.
Hujan semakin deras, wajah
memelas, rindu meremas. Ku sudahi saja yang kata orang kesia-siaan ini
atau bertahan saja menunggu waktu Tuhan yang paling indah. Di malam yang
menuju hari ke dua puluh empat bulan ke empat, aku semakin merindumu.
Ingin mendekapmu dan jangan terlepas. Ingin sekali rasanya menikmati
malam ini berdua denganmu. Diiringi dengan sedikit melodi romantis pasti
menambah perasaan yang mungkin tak mampu terucap. Atau mungkin hanya
sekedar video call melihat kamu dan menanti umur kamu yang baru.
Doaku
masih tetap sama seperti dulu. Kebaikan dan kemurahan Tuhan selalu
menjadi milikmu. Kesehatan, keberhasilan dalam segala hal. Senantiasa
dilindungi oleh malaikatNya. Doa-doa kamu dijawab tahun ini. Dan kembali
padaku sebagai kekasih yang tak meninggalkan, ataupun terserah kamu
yang penting kamu bahagia.
Selamat Ulang Tahun, kamu.
Komentar
Posting Komentar