Kepada Perasaan Tersulit, Melupakanmu Adalah Keputusan Berat

Apa kau pernah merasakan seperti yang ku rasakan sekarang ini? Ada debar dan irama jantung yang berdetak nggak karuan setiap kali mata ini beradu. Entah mulai kapan perasaan ini ada, tetapi pastinya menjadi suatu semangat ku tersendiri, kehadirannya dalam hariku. Dia mungkin tak pernah tahu ada mata yang selalu berharap dapat melihatnya walau dalam kejauhan. Ada hati yang merindukannya setiap detik dan menit yang terlewat tanpanya. Dan ada sepenuhnya aku yang menginginkan dirinya untuk tetap ada di dunia. Biarlah dia tak mengetahui perasaanku. Dan biarlah setiap sajak yang tercipta untuknya menjadi suatu rahasia besar yang entah sampai kapan. Aku tak ingin persahabatan yang sudah sejak lama adanya hancur hanya karena keegoisan ku ingin memiliki.

Apa kau juga pernah merasakan cemburu kepada seseorang bahkan bukan milik mu sama sekali? Ingin marah kepada manusia yang saat ini sedang menggodanya. Mengusir dan menjauhkannya dari si pemilik perasaan. Jangan mencoba merebut perhatiannya, atau aku akan berbuat kasar. Begitu marahnya aku, karena siapapun tidak boleh berdekatan dengan waktu yang lama dengannya. Perasaan ini memang sulit dikontrol, namun pada kenyataannya tak sekalipun aku bergeming ketika dia juga membalas setiap godaan wanita lain terhadapnya. Aku pun hanya terdiam dan menikmati cemburu buta yang ku punya. Semua memang berbanding terbalik dengan apa yang ku perbuat, tapi tak lama kemudian aku sadar lalu setetes air dari mata turun tak terbendung. 

Mencintai sahabat sendiri bukanlah hal yang mudah. Kebiasaan yang telah dibangun atas dasar persahabatan nggak mungkin dilengserkan demi hasrat yang entah selamanya. Aku tak ingin merusak segala hal. Mulai dari perhatiannya yang sudah menganggapku seperti adik kecilnya. Belum lagi komunitas kecil yang kami bangun berdua. Bertahun-tahun memendam perasaan seperti sekarang ini bukan hal yang terlalu sulit lagi bagiku. Karena sejak SMP kami mengenal lalu sampai detik ini pun kami masih bersama dalam universitas yang sama. Intensitas bertemu yang terlalu sering membuat perasaan ku kian hari kian dalam. Aku ingin jujur, tapi ini pasti melukai ku. Bagai duri dalam daging yang ku biarkan hidup lalu perlahan membunuh perasaanku. 

Sudahlah, ku pendam saja perasaan tak berguna ini. Aku takkan bahagia begitu pula dirinya. Lebih baik begini. Tetap berada didekatnya dalam balutan persahabatan hingga aku lupa kalau aku menginginkannya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sudah Bertahan Sejauh Ini, Apa Aku Harus Berhenti?

Kesendirianmu Bukanlah Akhir dari Segalanya, Stay Cool!

Jangan Tinggal Dalam Masalahmu, Pergilah!